Ada yang aneh ketika aku meilihat
logo Propinsi Sulawesi tenggara dimana ditengah prisai persegi limanya terdapat
gambar ilustrasi binatang endemik Sulawesi tenggara yakni Anoa, penempatan anoa dalam logo daerah dikarenakan oleh Anoa merupakan binatang khas Sulawesi Tenggara. dari jenisnya, dua
spesies anoa yaitu: Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) dan Anoa Dataran Rendah (Bubalus
depressicornis). Keduanya tinggal dalam hutan yang tidak dijamah
manusia. Penampilan mereka mirip dengan kerbau dan memiliki berat 150-300 kg, dan anoa akan
dilahirkan sekali setahun.
Keanehan yang muncul difikaranku bukanlah
bentuk logo melainkan informasi yang terdapat dari logo itu yang mencantumkan
Anoa sebagai ikon sulawesi tenggara. Sebagai warga sulawesi tenggara yang sejak
lahir di kota kendari dapat kupastikan belum pernah melihat binatang anoa secara
langsung di alam yang katanya hanya terdapat di daerah ini padahal pengalaman
masuk keluar hutan di sulawesi tenggara sudah terbilang bukan baru lagi.
Lantas kemana anoa itu??? Ada apa
dengan Anoa itu??? Apa pantas kami sebagai warga sulawesi tenggara hanya mampu
melihat dan mengetahui Anoa dari google??
Aneh, dan sekaligus lucu rasanya……
Tak berhenti disitu, dari
beberapa pengalaman keluar masuk hutan di sulawesi tenggara yang tak pernah
bertatap muka dengan seekor anoa pun penelusuran lain pun kami lakukan yakni
penelusuran yang dikemas dalam bentuk pencarian informasi pada penduduk
pedalaman dan juga pada media informasi yakni internet. Hasilnya sangat
menghawatirkan….. berdasarkan informasi yang kami peroleh dari masyarakat
pedalaman dan tergolong sepuh hampir semuanya mengatakan bahwa kini anoa sudah
tidak ada lagi alias punah. Anoa hanya dijumpai sekitar tahun 70 an dan 80 an
dan dalam beberapa tehun terakhir anoa sudah tidak mereka jumpai lagi.
Selin informasi dari sumber yang dapat
dipercaya itu, yang tak kalah mengagetkannya lagi ketika penelusuran dilakukan
di media informasi (google), dimana banyak informasi/artikel yang mengupas
mengenai lenyapnya satwa endemik sulawesi tenggara itu. Berikut kutipan
beberapa artikel dimaksud, Populasi Anoa di Tanjjung
Amolengo 640 Ha pada tahun 2000-2002 hanya berjumlah 5-6 ekor, populasi ini
berkurang dari penelitian sebelumnya di tahun 1994-1995 dimana berhasil
dijumpai 8-12 ekor anoa. Penyebabnya disebabkan oleh perambahan hutan,
peralihan fungsi hutan menjadi kebun jambu mente, kakao dan lainya serta yang
tak kalah memprihatinkannya adalah perburuan anoa itu sendiri untuk konsumsi
daging dan tanduk oleh masyarakat setempat. Sumber http://jejaksiganteng.blogspot.com/2012/09/makalah-kepunahan-anoa.html
Dalam artikel lain yang mengupas
kondisi anoa di daerah kolaka dan kolaka utara juga dapat dilihat pada artikel
yang bersumber pada http://nationalgeographic.co.id
yang menyatakan bahwa kondisi anoa di kolaka dan kolaka utara menurun drastis
disebabkan oleh pengalihan fungsi hutan lindung menjadi hutan produksi yang
membuat anoa terdesak, selain itu anoa menjadi hewan buruan untuk dikonsumsi
dagingnya.
Mungkin ada baiknya logo sultra
diganti, anoa diganti dengan gambar lain yang mencirikan Sulawesi Tenggara yang
banyak dijumpai seperti sampah…. Hi…hi…hi…..
Semoga kedepan masyarakat dapat
sadar untuk melestarikan binatang khas Sulawesi Tenggara ini, hingga anak cucu
kita tidak hanya bisa melihat anoa di google seperti aku sekarang ini… tapi apa
itu mungkin??? Anda yang tahu jawabnya……. Salam lestari………….
Penulis : Amran Alimuddin (NA. 2012 011079 001)
Penulis : Amran Alimuddin (NA. 2012 011079 001)